oleh : Gusphur
Masyarakat awam mengartikan ‘membaca’ sebagai aktivitas indera mata
untuk mengambil pesan dari tulisan yang tertulis dan/atau tercetak pada kertas
atau media lainnya. Arti secara ‘dangkal’ dari aktivitas ‘membaca’ ini banyak
ditemukan dari kamus atau bahkan dari forum diskusi. Mungkin kita hanya
memandang orang yang membaca pasti membuka mata di depan sebuah buku, koran,
kertas dan sebagainya. Apakah hanya mata yang beraktivitas, atau tangan yang
memegang buku. Ataukah pantat yang duduk mendukung badan dari orang yang sedang
membaca ?
Dari
aktivitas ‘membaca’ sebenarnya banyak hikmah yang belum kita ketahui dibalik
yang sedikit kita ketahui. Sebagai makhluk yang memiliki unsur jiwa disamping
unsur raga, manusia tidak luput dari faktor ‘butuh’ mengisi kekurangan pada
unsur jiwa dan raganya. Manusia yang lapar berarti perut meminta makanan.
Kerongkongan yang kering menantikan air untuk dituangkan lewat mulut. Akankah
jiwa, akal pikiran sudah terpikir untuk mendapat kiriman nutrisi ? Informasi
dan pesan dari hasil membaca sesuatu akan mampu mengisi rasa haus dan lapar
unsur yang abstrak ini. Meskipun jiwa dan akal manusia tak terlihat, justru
suplai nutrisi informasi dari hasil membaca ini nyaris tak pernah kenyang.
Makin diisi makin banyak ruang kosong yang butuh isi. Itulah akal dan jiwa
manusia.
Bagi
ummat muslim, justru kata perintah yang pertama kali diwahyukan Tuhan dalam
kitab suci Al-Qur’an adalah ‘iqra’. Arti
letterlijk kata ‘iqra’ ini adalah ‘Bacalah’. Apa makna dibalik
itu semua. Sebagai Pencipta dan pemilik alam seisinya, Tuhan memberi perintah
Rasul Muhammad untuk membaca. Sebagai utusan Tuhan, kata perintah adalah untuk
dipatuhi dan dilaksanakan. Melawannya berarti akan mendapatkan sanksi dari Sang
Pemberi Perintah. Padahal Tuhan adalah pemilik seluruh isi alam ini, baik yang
kasat mata maupun tak kasat mata. Kalau saja sanksi itu kita tidak dibolehkan
lagi hidup di alam milik-Nya. Hidup
dimana lagi mereka yang melawan perintah ‘iqra’ ini ? Adakah alam lain yang
bukan milik-Nya ? Berarti ada esensi mendasar dari perintah yang pertama ini
oleh Allah Sang Maha Pencipta.
Alasan
kedua, mengapa kita harus membaca adalah agar kita makin tahu. Rasa ingin tahu
(curiosity) adalah karakter bawaan manusia sejak lahir. Aktivitas ‘membaca’
adalah faktor penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini. Membaca bisa
memenuhi kebutuhan manusia untuk menjadi
‘tahu’ terhadap sesuatu. Dengan
ke’tahu’annya itu manusia memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu berikutnya
dari hasil ke-tahu-annya itu
Sudah
banyak kejadian buruk yang tidak kita harapkan diawali dari faktor
ketidaktahuan. Misalnya kecelakaan, kejahatan, kekalahan, dan sebagainya. Hal
negatif dimaksud boleh jadi disebabkan karena ketidaktahuan subjek terhadap
faktor x (faktor penyebab). Bisa juga karena katidaktahuan objek terhadap
faktor x ini. Oleh sebab itu, faktor x inilah yang harus diketahui sedini
mungkin untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diharapkan.
Sebaliknya, banyak kejadian
menguntungkan atau hal positif justru diraih karena subjek atau objek
mengetahui faktor penyebabnya. Saya beri contoh, kesuksesan, keberuntungan,
bebas dan celaka/bencana dan sebagainya. Untuk sukses dalam kehidupan maka
syarat-syaratnya harus dipenuhi dan sebelumnya harus diketahui. Demikian pula,
apabila kita berharap mendapat keberuntungan, maka pengetahuan terhadap faktor yang
mengarahkan padus dipenuhi dan diketahui sebelumnya. Hal yang sama juga harus
diketahui agar kita terhindar dari bahaya atau kekalahan. Pendek kata, karena
faktor ‘tahu’, kita mampu mendapatkan
sesuatu atau tidak mendapatkan sesuatu.
Alasan
ketiga, mengapa kita harus membaca adalah karena manusia harus berubah. Saya
beri contoh bagaimana perasaan Anda jika pertumbuhan anak Anda tidak sama
dengan sebayanya ? Bingungkah Anda ? Bagaimana pula jika kebutuhan hidup terus meningkat,
sedangkan penghasilan tetap saja. Bingungkah Anda ? Sekali lagi, bagaimana jika
orang-orang yang dekat dengan kita mendapatkan peluang rejeki yang berlimpah,
sedangkan Anda juga harusnya punya peluang sama dengan mereka. Maukah Anda
mengikuti jejak kesuksesan mereka ?
Tidak
semua orang mau untuk berubah atau dirubah. Akan tetapi perubahan adalah hukum
alam yang terjadi pada setiap makhluk Tuhan. Hukum perubahan pasti terjadi dan
menimpa apapun yang berstatus makhluk selama alam ini belum kiamat. Mau atau
tidak mau, suka atau tidak suka, perubahan pasti terjadi melewati faktor ruang
dan waktu yang tersedia di alam kehidupan ini. Alangkah bijak apabila kita
mampu mengikuti perubahan yang terus terjadi itu dengan upaya agar perubahan
menjadikan kondisi dan hal yang lebih baik.
Kondisi hasil perubahan ini pun bisa
dilihat dan diwujudkan secara nyata. Akan tetapi untuk mewujudkan hal yang
konkret ini, kita memulainya dari sesuatu yang ada dalam pikiran. Kita
merasakan, memikirkan, merencanakan segala sesuatu agar terwujud. Tanpa
perasaan, pemikiran, perencanaan yang benar, perubahan mungkin tidak sesuai
harapan kita. Garis besarnya, bahwa segala hal perubahan yang konkret itu
diawali dengan perubahan dari hal yang abstrak. Bukankah akal pikiran ini
sifatnya abstrak ? Maka, membaca adalah faktor penting untuk mengarahkan
perubahan ini sesuai yang kita harapkan.
Alasan berikutnya perihal kemampuan
manusia untuk memilih. Memang, manusia diciptakan dengan bawaan kemampuan untuk
bisa memilih. Ada pilihan untuk mengambil yang baik atau buruk. Ada pilihan
untuk belok kiri atau kanan. Ada pula pilihan untuk maju atau mundur, dan sebagainya.
Kecenderungan yang terjadi pada sebagian
manusia memilih sesuatu yang negatif daripada yang positif. Cenderung menabrak
aturan meskipun ada aturan yang menuntun pada tujuan yang benar. Sekedar
ilustrasi apabila kita mengemudikan kendaraan. Apabila kedua tangan kita lepas
dari kemudi, maka kecenderungan kendaraan akan berbelok. Sama saja hal ini
terjadi pada kehidupan nyata. Dalam hal ini lingkungan akan berpengaruh besar untuk
membuat kita memilih yang baik atau yang buruk. Jadi, ada faktor di luar diri
manusia yang mempengaruhinya untuk memilih.
Bagi orang yang mentalnya terbentuk dari
kebiasaan membaca, ada faktor kendali yang membiasakannya untuk memilih dengan
benar. Orang yang suka membeli buku di toko buku, atau mau meminjam buku di
perpustakaan, mereka akan berupaya memilih dengan cepat dan benar sesuai harapannya.
Aktivitas membaca juga akan mampu menunjukkan mana yang seharusnya untuk
dipilih. Karena hakikatnya setiap manusia ingin segala yang diusahakannya tidak
salah. Membaca adalah aktivitas untuk mencari kebenaran itu.
Jawaban
kelima dari pertanyaan mengapa kita harus membaca adalah faktor harapan. Kita
ambil saja harapan tertinggi dari kehidupan adalah ‘Surga’. Setiap manusia
normal punya cita-cita tertinggi. Satu
kata ‘SURGA’.
Ada kata kunci yang diambil dari istilah
surga, swarga atau jannah dalam bahasa Arab. Beberapa pengertian surga antara
lain Surga itu tak ada duanya.
Surga itu kebahagiaan yang belum pernah terbayangkan
sebelumnya. Surga itu adalah puncak
kenikmatan. Suasana surga itu penuh bahagia, kasih tak butuh batas dan tak
butuh balas. Di
surga selalu diliputi kebahagiaan.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
digarisbawahi bahwa level ke’SURGA’an sudah bisa dimulai selagi manusia masih hidup
di dunia. Segala sesuatu yang sudah dibiasakan sejak awal lebih mudah diraih
daripada sesuatu yang belum dilakukan sama sekali. Jadi, faktor bahagia yang
sifatnya abstrak ini hakikatnya adalah faktor
‘kecil’ pembentuk makna surga yang diharapkan oleh setiap insan yang
normal akalnya. Akal yang normal ini pasti mampu membaca semua syarat untuk
mewujudkan hakikat kebahagiaan yang sebenarnya.
Berikutnya, mengapa kita harus membaca
adalah perihal kekayaan. Setiap manusia normal punya harapan mewujudkan kekayaan.
Meskipun pengertian kaya itu sendiri adalah relatif. Orang mengukur kekayaan dari banyak ukuran.
Ada yang mengukur dari jumlah mobil, uang, properti, bisnis dan sebagainya.
Akan tetapi kita banyak tidak menyadari
bahwa setiap kita sejatinya adalah kaya. Hitung, berapa harga setiap indera dan
elemen tubuh yang sampai saat ini kita pakai untuk hidup ? Berapa jumlah
rupiahnya ? Berapa harga hidung anda, mata anda, kuping kita, tangan kita, kaki
kita, .... dan AKAL kita ... Sudahkah kita bersyukur pada-Nya.
Demikian juga negara kita, Indonesia. Indonesia sejatinya adalah negeri yang kaya. Namun,
masyarakatnya selalu merasa miskin. Yang membuat kata ‘miskin’ betah
melekat pada bangsa yang kaya ini adalah masalah mental. Mentalitas ‘miskin’
dan mental budak yang ditanamkan beratus tahun oleh bangsa penjajah di
Indonesia masih berurat akar di negeri
yang kaya ini.
Untuk menjadi kaya ‘yang sebenarnya’
maka mental ‘kaya’ harus ditanamkan pada
bangsa yang seharusnya ‘kaya’ ini. Karena,
hakikat ‘kaya’ itu dimulai dan dirasakan oleh hati dan jiwa.
Jawaban terakhir mengapa kita harus
membaca adalah perihal karakter pembaca. Karena aktivitas ‘membaca’ sebenarnya bukan
sekedar kegiatan pengisi waktu luang. Membaca adalah ‘karakter’ bagi manusia.
Karakter akan makin kuat bila ditanamkan dan di-biasa-kan.
Jadi biasakan kita membaca setiap apapun
yang kita ingini. Kita sakit, maka kita baca bagian tubuh mana yang perlu
dicarikan obatnya supaya sembuh. Berarti kita membaca kelemahan pada tubuh yang
sakit. Kita butuh tambahan penghasilan, maka kita baca peluang untuk mencari
income tambahan yang halal. Ini berarti kita ‘membaca’ peluang. Demikian juga,
apabila ada pemuda pengangguran, kemudian dia ‘membaca’ lowongan kerja yang
cocok bagi dirinya.
Satu lagi contoh penting. Saat kita
bertamasya di lokasi yang indah. Kemudian kita menikmati keindahannya. Kemudian
... kita ‘membaca’ semua keindahan itu dari siapa. Siapa penciptanya. Kita
telah membaca ke-Maha Kuasa-an dan ke-Maha Sempurnaan Tuhan. Kemudian ..... Dengan membaca semua itulah kita makin
mengenal Tuhan yang menciptakan alam dan seisinya. Kemudian katakanlah dengan
hati yang paling dalam :
“Tuhanku .... mulai hari ini dan hari-hari seterusnya
.... Aku laksanakan perintah-Mu ..... IQRA’ (Bacalah)
Fatchur Rochman
(Gusphur: nama pena) adalah Pustakawan Ahli pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Kab. Jember. Penulis dapat dihubungi untuk konfirmasi JADWAL
SEMINAR ’14 Jurus Masa Depan: Teori Penanaman Karakter Membaca sejak Masa Janin’,
via email : fatchur45@gmail.com atau kontak/sms : 082131818227 ; 087712986857.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar