Senin, 27 April 2015

Mengapa Harus Membaca

oleh : Gusphur

Masyarakat awam mengartikan ‘membaca’  sebagai  aktivitas  indera  mata untuk mengambil pesan dari tulisan yang tertulis dan/atau tercetak pada kertas atau media lainnya. Arti secara ‘dangkal’ dari aktivitas ‘membaca’ ini banyak ditemukan dari kamus atau bahkan dari forum diskusi. Mungkin kita hanya memandang orang yang membaca pasti membuka mata di depan sebuah buku, koran, kertas dan sebagainya. Apakah hanya mata yang beraktivitas, atau tangan yang memegang buku. Ataukah pantat yang duduk mendukung badan dari orang yang sedang membaca ?
         Dari aktivitas ‘membaca’ sebenarnya banyak hikmah yang belum kita ketahui dibalik yang sedikit kita ketahui. Sebagai makhluk yang memiliki unsur jiwa disamping unsur raga, manusia tidak luput dari faktor ‘butuh’ mengisi kekurangan pada unsur jiwa dan raganya. Manusia yang lapar berarti perut meminta makanan. Kerongkongan yang kering menantikan air untuk dituangkan lewat mulut. Akankah jiwa, akal pikiran sudah terpikir untuk mendapat kiriman nutrisi ? Informasi dan pesan dari hasil membaca sesuatu akan mampu mengisi rasa haus dan lapar unsur yang abstrak ini. Meskipun jiwa dan akal manusia tak terlihat, justru suplai nutrisi informasi dari hasil membaca ini nyaris tak pernah kenyang. Makin diisi makin banyak ruang kosong yang butuh isi. Itulah akal dan jiwa manusia.
     Bagi ummat muslim, justru kata perintah yang pertama kali diwahyukan Tuhan dalam kitab suci Al-Qur’an adalah ‘iqra’.  Arti letterlijk kata ‘iqra’ ini adalah ‘Bacalah’. Apa makna dibalik itu semua. Sebagai Pencipta dan pemilik alam seisinya, Tuhan memberi perintah Rasul Muhammad untuk membaca. Sebagai utusan Tuhan, kata perintah adalah untuk dipatuhi dan dilaksanakan. Melawannya berarti akan mendapatkan sanksi dari Sang Pemberi Perintah. Padahal Tuhan adalah pemilik seluruh isi alam ini, baik yang kasat mata maupun tak kasat mata. Kalau saja sanksi itu kita tidak dibolehkan lagi hidup di alam milik-Nya.  Hidup dimana lagi mereka yang melawan perintah ‘iqra’ ini ? Adakah alam lain yang bukan milik-Nya ? Berarti ada esensi mendasar dari perintah yang pertama ini oleh Allah Sang Maha Pencipta.
      Alasan kedua, mengapa kita harus membaca adalah agar kita makin tahu. Rasa ingin tahu (curiosity) adalah karakter bawaan manusia sejak lahir. Aktivitas ‘membaca’ adalah faktor penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini. Membaca bisa memenuhi  kebutuhan manusia untuk menjadi ‘tahu’ terhadap sesuatu.  Dengan ke’tahu’annya itu manusia memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu berikutnya dari hasil ke-tahu-annya itu
      Sudah banyak kejadian buruk yang tidak kita harapkan diawali dari faktor ketidaktahuan. Misalnya kecelakaan, kejahatan, kekalahan, dan sebagainya. Hal negatif dimaksud boleh jadi disebabkan karena ketidaktahuan subjek terhadap faktor x (faktor penyebab). Bisa juga karena katidaktahuan objek terhadap faktor x ini. Oleh sebab itu, faktor x inilah yang harus diketahui sedini mungkin untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diharapkan.
       Sebaliknya, banyak kejadian menguntungkan atau hal positif justru diraih karena subjek atau objek mengetahui faktor penyebabnya. Saya beri contoh, kesuksesan, keberuntungan, bebas dan celaka/bencana dan sebagainya. Untuk sukses dalam kehidupan maka syarat-syaratnya harus dipenuhi dan sebelumnya harus diketahui. Demikian pula, apabila kita berharap mendapat keberuntungan, maka pengetahuan terhadap faktor yang mengarahkan padus dipenuhi dan diketahui sebelumnya. Hal yang sama juga harus diketahui agar kita terhindar dari bahaya atau kekalahan. Pendek kata, karena faktor ‘tahu’, kita mampu mendapatkan   sesuatu atau tidak mendapatkan sesuatu.
      Alasan ketiga, mengapa kita harus membaca adalah karena manusia harus berubah. Saya beri contoh bagaimana perasaan Anda jika pertumbuhan anak Anda tidak sama dengan sebayanya ? Bingungkah Anda ? Bagaimana pula jika kebutuhan hidup terus meningkat, sedangkan penghasilan tetap saja. Bingungkah Anda ? Sekali lagi, bagaimana jika orang-orang yang dekat dengan kita mendapatkan peluang rejeki yang berlimpah, sedangkan Anda juga harusnya punya peluang sama dengan mereka. Maukah Anda mengikuti jejak kesuksesan mereka ?
    Tidak semua orang mau untuk berubah atau dirubah. Akan tetapi perubahan adalah hukum alam yang terjadi pada setiap makhluk Tuhan. Hukum perubahan pasti terjadi dan menimpa apapun yang berstatus makhluk selama alam ini belum kiamat. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, perubahan pasti terjadi melewati faktor ruang dan waktu yang tersedia di alam kehidupan ini. Alangkah bijak apabila kita mampu mengikuti perubahan yang terus terjadi itu dengan upaya agar perubahan menjadikan kondisi dan hal yang lebih baik.
         Kondisi hasil perubahan ini pun bisa dilihat dan diwujudkan secara nyata. Akan tetapi untuk mewujudkan hal yang konkret ini, kita memulainya dari sesuatu yang ada dalam pikiran. Kita merasakan, memikirkan, merencanakan segala sesuatu agar terwujud. Tanpa perasaan, pemikiran, perencanaan yang benar, perubahan mungkin tidak sesuai harapan kita. Garis besarnya, bahwa segala hal perubahan yang konkret itu diawali dengan perubahan dari hal yang abstrak. Bukankah akal pikiran ini sifatnya abstrak ? Maka, membaca adalah faktor penting untuk mengarahkan perubahan ini sesuai yang kita harapkan.
     Alasan berikutnya perihal kemampuan manusia untuk memilih. Memang, manusia diciptakan dengan bawaan kemampuan untuk bisa memilih. Ada pilihan untuk mengambil yang baik atau buruk. Ada pilihan untuk belok kiri atau kanan. Ada pula pilihan untuk maju atau mundur, dan sebagainya.
      Kecenderungan yang terjadi pada sebagian manusia memilih sesuatu yang negatif daripada yang positif. Cenderung menabrak aturan meskipun ada aturan yang menuntun pada tujuan yang benar. Sekedar ilustrasi apabila kita mengemudikan kendaraan. Apabila kedua tangan kita lepas dari kemudi, maka kecenderungan kendaraan akan berbelok. Sama saja hal ini terjadi pada kehidupan nyata. Dalam hal ini lingkungan akan berpengaruh besar untuk membuat kita memilih yang baik atau yang buruk. Jadi, ada faktor di luar diri manusia yang mempengaruhinya untuk memilih.
       Bagi orang yang mentalnya terbentuk dari kebiasaan membaca, ada faktor kendali yang membiasakannya untuk memilih dengan benar. Orang yang suka membeli buku di toko buku, atau mau meminjam buku di perpustakaan, mereka akan berupaya memilih dengan cepat dan benar sesuai harapannya. Aktivitas membaca juga akan mampu menunjukkan mana yang seharusnya untuk dipilih. Karena hakikatnya setiap manusia ingin segala yang diusahakannya tidak salah. Membaca adalah aktivitas untuk mencari kebenaran itu.
      Jawaban kelima dari pertanyaan mengapa kita harus membaca adalah faktor harapan. Kita ambil saja harapan tertinggi dari kehidupan adalah ‘Surga’. Setiap manusia normal punya cita-cita tertinggi.  Satu kata ‘SURGA’.
       Ada kata kunci yang diambil dari istilah surga, swarga atau jannah dalam bahasa Arab. Beberapa pengertian surga antara lain Surga itu tak ada duanya. Surga itu kebahagiaan yang belum pernah  terbayangkan sebelumnya.  Surga itu adalah puncak kenikmatan. Suasana surga itu penuh bahagia, kasih tak butuh batas dan tak butuh balas. Di surga selalu diliputi kebahagiaan.
      Dari beberapa pengertian tersebut, dapat digarisbawahi  bahwa level  ke’SURGA’an  sudah bisa dimulai selagi manusia masih hidup di dunia. Segala sesuatu yang sudah dibiasakan sejak awal lebih mudah diraih daripada sesuatu yang belum dilakukan sama sekali. Jadi, faktor bahagia yang sifatnya abstrak ini hakikatnya adalah faktor  ‘kecil’ pembentuk makna surga yang diharapkan oleh setiap insan yang normal akalnya. Akal yang normal ini pasti mampu membaca semua syarat untuk mewujudkan hakikat kebahagiaan yang sebenarnya.
      Berikutnya, mengapa kita harus membaca adalah perihal kekayaan. Setiap manusia normal punya harapan mewujudkan kekayaan. Meskipun pengertian kaya itu sendiri adalah relatif.  Orang mengukur kekayaan dari banyak ukuran. Ada yang mengukur dari jumlah mobil, uang, properti, bisnis dan sebagainya.
Akan tetapi kita banyak tidak menyadari bahwa setiap kita sejatinya adalah kaya. Hitung, berapa harga setiap indera dan elemen tubuh yang sampai saat ini kita pakai untuk hidup ? Berapa jumlah rupiahnya ? Berapa harga hidung anda, mata anda, kuping kita, tangan kita, kaki kita, .... dan AKAL kita ... Sudahkah kita bersyukur pada-Nya.
Demikian juga negara kita, Indonesia. Indonesia sejatinya adalah negeri yang kaya. Namun, masyarakatnya selalu merasa miskin. Yang membuat kata ‘miskin’ betah melekat pada bangsa yang kaya ini adalah masalah mental. Mentalitas ‘miskin’ dan mental budak yang ditanamkan beratus tahun oleh bangsa penjajah di Indonesia  masih berurat akar di negeri yang kaya ini.
Untuk menjadi kaya ‘yang sebenarnya’ maka mental  ‘kaya’ harus ditanamkan pada bangsa yang seharusnya ‘kaya’ ini.  Karena, hakikat ‘kaya’ itu dimulai dan dirasakan oleh hati dan jiwa.
Jawaban terakhir mengapa kita harus membaca adalah perihal karakter pembaca. Karena aktivitas ‘membaca’ sebenarnya bukan sekedar kegiatan pengisi waktu luang. Membaca adalah ‘karakter’ bagi manusia. Karakter akan makin kuat bila ditanamkan dan di-biasa-kan.
Jadi biasakan kita membaca setiap apapun yang kita ingini. Kita sakit, maka kita baca bagian tubuh mana yang perlu dicarikan obatnya supaya sembuh. Berarti kita membaca kelemahan pada tubuh yang sakit. Kita butuh tambahan penghasilan, maka kita baca peluang untuk mencari income tambahan yang halal. Ini berarti kita ‘membaca’ peluang. Demikian juga, apabila ada pemuda pengangguran, kemudian dia ‘membaca’ lowongan kerja yang cocok bagi dirinya.
Satu lagi contoh penting. Saat kita bertamasya di lokasi yang indah. Kemudian kita menikmati keindahannya. Kemudian ... kita ‘membaca’ semua keindahan itu dari siapa. Siapa penciptanya. Kita telah membaca ke-Maha Kuasa-an dan ke-Maha Sempurnaan Tuhan. Kemudian .....  Dengan membaca semua itulah kita makin mengenal Tuhan yang menciptakan alam dan seisinya. Kemudian katakanlah dengan hati yang paling dalam :
“Tuhanku .... mulai hari ini dan hari-hari seterusnya .... Aku laksanakan perintah-Mu ..... IQRA’ (Bacalah)


Fatchur Rochman (Gusphur: nama pena) adalah Pustakawan Ahli pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kab. Jember. Penulis dapat dihubungi untuk konfirmasi JADWAL SEMINAR ’14 Jurus Masa Depan: Teori Penanaman Karakter Membaca sejak Masa Janin’, via email : fatchur45@gmail.com atau kontak/sms : 082131818227 ; 087712986857.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar