Senin, 27 April 2015

Pelayan yang Mulia

oleh: Gusphur

Anda bebas mengartikan judul ini. Frasa “yang mulia” boleh dimaknai sebagai kata ganti. Misalnya raja, presiden, direktur, bahkan Tuhan. Dengan demikian judul ini dapat dimaknai bahwa pelayan tersebut bekerja atau berstatus di bawah pemilik kata ganti dimaksud (yakni Yang Mulia).
Arti lainnya boleh juga kita ambil. Yakni, yang memiliki sifat “mulia” adalah pelayan tersebut. Disini, si pelayan patut dimuliakan karena dia mulia. Apakah bisa? Jawabannya, tidak ada yang tidak mungkin selama kita berpikir bisa.
Hakikatnya, siapapun ingin bersanding dengan sebutan ‘mulia’.   Apa sih maknanya? Berdasarkan kamus Indonesia, kata ‘mulia’ bisa diartikan untuk kedudukan, harkat, martabat. Mulia sama dengan tertinggi, terhormat.
Dalam hal budi atau hati, mulia berarti juga dengan luhur, baik, bagus. Misalnya, “Dia sangat mulia hatinya.” Selanjutnya, dalam hal logam, kata mulia diartikan sebagai bermutu tinggi, berharga. Oleh sebab itu, emas dan perak, sering disebut sebagai logam mulia.

Kita adalah Pelayan

            Mari kita dalami noun (kata benda) ini, ‘pelayan’. Makna kamus menjelaskan pelayan sebagai orang yang melayani atau pembantu atau pesuruh. Siapapun yang hidup bersama orang atau makhluk lain pasti saling membutuhkan. Majikan butuh dilayani, pelayan butuh mendapatkan upah. Disini berarti majikan berarti harus melayani upah bagi pembantu atau pelannya. Jadi, timbal balik donk?
            Itulah makna kehidupan. Kita tidak mungkin hidup sendiri. Bahkan dalam kesendirian di tempat sepi pun kita butuh layanan udara untuk bernafas dari alam. Lantas siapa pemilik dan penguasa alam keseluruhan ini? Semua penganut agama pasti menjawabnya, ‘Tuhan”.
Tuhan telah memberikan semuanya untuk kita. Akhirnya kita bisa hidup. Sebagai wakil Tuhan di bumi ini, kita harus memberikan pelayanan yang baik agar yang dilayani puas dan terpenuhi hajatnya. Sebagaimana hukum timbal balik yang disebut di atas, intinya kita semua adalah pelayan. Presiden melayani kepentingan bangsa sesuai amanat yang diembannya. Demikian juga, segenap anggota DPR, MPR, MA, MK, dan semuanya. Bahkan dalam hidup berkeluarga, semua anggota keluarga adalah saling menjadi pelayan. Isteri melayani suami, suami melayani isteri. Anak melayani permintaan orang tua. Orang tua melayani kebutuhan anak-anaknya.

Ciri Orang Mulia

Adalah wajar apabila kita ingin mulia. Ukurannya bagaimana? Kriteria mengukur kemuliaan harus dikembalikan pada hakikat maknanya. Wujud  fisik sulit dijadikan barometer. Misalnya,  anggota Lembaga Agung XYZ. Karena dia berdasi putih atau berjas menarik. Tidak bisa langsung di-justice dia orang mulia. Kalau terjadi dia korupsi. Atau mungkin dia berselingkuh. Mungkin tidak ada orang tahu. Padahal, yang dia lakukan adalah kebalikan dari sifat dan pekerjaan mulia. Jadi, ukuran kemuliaan bukan dari yang terlihat, tetapi dari yang abstrak. Itulah ‘hati’. Orang berbuat mulia karena dia melakukan starting (baca: niat)-nya dengan hati yang mulia.
Kedua, orang mulia senantiasa memberi. Lihat saja, orang yang bermental kebalikan dari suka memberi. Mentalitas pengemis, adalah suka merendahkan dirinya agar dikasihani. Padahal, kita diciptakan oleh-Nya dalam dukungan layanan alam yang lengkap. Kalau orang mulia bisa merasakan karunia Tuhan yang diterimanya. Kemudian dengan hati yang mulia dia berikan juga kepada sesamanya. Sekali lagi, tidak harus memberi dengan barang konkret. Senyum, empati, tenaga semua ini tidak bias diukur dengan uang atau material. Tetapi, orang lebih senang diberi senyuman daripada dicibir dengan kemurungan.
            Kriteria orang mulia berikutnya adalah bertindak cerdas. Maksudnya adalah memberikan nilai plus atau faktor lebih pada setiap tindakan hati dan perbuatannya. Misalnya, kita difitnah sana-sini, padahal tidak ada sedikitpun fitnah itu yang benar. Maka, orang yang mulia hatinya menganggap fitnah itu sebagai ujian untuk dirinya agar senantiasa bertindak dengan hati-hati. Pelayan yang berhati mulia akan mengambil setiap kejadian sebagai pelajaran dan hikmah. Jadi, buat apa menumpuk segala hal negatif kalau kita mampu mengambil yang positif. Cerdas kan ?
            Kehidupan dalam segala sektor pasti ada momen memberi dan menerima. Orang yang mulia mau menerima segala pemberian dengan terbuka. Lain halnya orang yang tidak mulia. Dia menerima dengan perhitungan. Kalau tidak menyenangkan dia akan menolak. Kalau menguntungkan dia akan merebut. Kebalikannya, bagi orang yang mulia hatinya terlihat saat dia menerima pemberian. Kalau ada penerimaan yang tidak memuaskan, dia akan bersyukur bahwa itulah rezeki Tuhan melalui jalan (atau makhluk sesamanya). Kalau ada pemberian yang salah, dia akan mengembalikan dan mengingatkan untuk mengembalikan pada yang benar. Contoh kecil, apabila ada uang suap diantar pada orang mulia. Maka, yang mulia akan menolak dengan baik dan mengingatkan kepada kebenaran.
            Satu lagi kriteria orang mulia adalah terpercaya. Dengan hati yang bersih, orang yang mulia tidak suka mencari kesalahan orang lain. Apapun yang terjadi dalam kehidupan dia melakukan sepenuh hati. Hal ini didasari oleh rasa percaya pada sesama yang harus dilayaninya. Tidak ada buruk sangka apalagi menuduh tanpa dasar. Orang mulia menyadari bahwa hidup adalah memberi manfaat tanpa syarat. Demikian juga, orang  mulia menyadari dirinya berarti kalau dia memberikan arti bagi kehidupan. Itulah sebabnya orang mulia tidak bosan mencari dan member arti bagi kehidupan. Itu dipercaya oleh lingkungannya karena orang mulia konsisten pada kepercayaan dirinya.

Proses Menjadi Mulia

Menjadi mulia adalah baik. Tetapi lebih baik lagi kalau kita tidak merisaukan ke-‘mulia’-an ini. Artinya ? Urusan mulia atau tidak mulia adalah persepsi yang datangnya dari luar diri. Jadi, mau disebut orang mulia atau orang jahat. Maka, orang mulia tidak akan goyah oleh pujian. Kenapa bisa begini ? Karena  orang mulia sudah melatih dirinya untuk menghilangkan kesombongan diri. Sebab mental sombong ini bisa menutup hati untuk menerima kebaikan. Apapun kebaikan kalau dinilai oleh orang yang sombong pasti diturunkan nilai kebaikannya.
            Kalau kita ingin mendapatkan kemuliaan, satu lagi proses yang harus dilalui. Kita harus mau berubah. Apapun promosi dan bujukan yang baik menurut Anda, tidak mesti baik juga menurut orang lain. Lantas, proses kedua ini juga masih bersangkutan dengan hati. Tekad dan kemauan untuk berubah layaknya jalan bagi setiap tujuan. Kalau jalan sudah tidak disediakan, bagaimana mungkin tujuan bias tercapai. Konsep yang lebih ampuh lagi apabila kita senantiasa bermohon kekuatan pada-Nya. Dengan hidayah dan petunjuk-Nya, insya Allah kemauan kita makin kuat untuk meraih kemuliaan.
Berikutnya adalah proses untuk memilih dan menentukan. Kita mau dalam golongan mulia atau tersesat, tergantung bagaimana kita membaca ukurannya. Kalau ukuran kemuliaan hanya dunia atau finansial belaka, maka mereka membaca kemuliaan dengan ukuran itu juga. Lain halnya apabila kita membaca kemuliaan dengan harga ‘hakiki’ kemuliaan. Kemuliaan tidak berhenti seumur manusia di dunia saja. Bagi orang yang beriman, kemuliaan ‘hakiki’ apabila Tuhan juga memuliakan kita kelak di surga-Nya. Jadi, jangan luput untuk membaca semua perintah dan larangan-Nya. Laksanakan semua perintah dan jauhi semua larangan-Nya.
Proses selanjutnya cukup terjal untuk ‘pendakian’ puncak kemuliaan. Dalam kehidupan ini kebaikan dan keburukan saling bersama. Bahkan kebaikan dan kejahatan saling berlomba mempengaruhi kehidupan manusia. Kalau kita sudah membaca dan tahu pada jalan menuju kemuliaan, tetaplah teguh pada keyakinan ini. Jangan goyah oleh aneka pengaruh yang menyesatkan. Baik pengaruh yang secara nyata datang, maupun pengaruh yang secara samar mengelabui jalan menuju kemuliaan. Ingat, pengaruh itu bisa datang dari luar komunitas kita. Bahkan tidak jarang pengaruh yang datangnya dari dalam diri dan komunitas kita sendiri.
Proses ke puncak kemuliaan kita lakukan dengan menikmati segala ujian. Perjalanan meraih tujuan layaknya seni untuk mengatasi setiap halangan yang menghadang. Cobaan, ujian, aral atau apapun nama sejenisnya adalah alat untuk mengukur kompetensi kita dalam kehidupan. Jangan biarkan diri kita ditumpangi oleh berbagai masalah dan cobaan. Kita harus bisa menikmati masalah itu sebagai materi uji yang harus dijawab dengan benar.  Itulah sebabnya kita tidak perlu gelisah saat menghadapi masalah. Justru dengan ujian itulah kita bias menikmati arti kehidupan. Nikmat kan ? Jangan dijawab dengan kata. Jawablah dengan hati.
            Kesimpulannya, dari awal hingga akhir. Hakikatnya kita adalah pelayan. Pelayan kehidupan diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yang mulia dan tersesat. Mudah-mudahan kita bisa melakukan proses menjadi pelayan yang mulia. Karena pilihan satu lainnya banyak orang menjawabnya secara lesan dengan kata ‘Tidak Mau”. Padahal untuk menjadi pelayan yang mulia, cukup ditenamkan di ‘hati’. Sekali lagi, ‘hati’ harus berteriak “Aku mau menjadi pelayan yang mulia”. Pertanyaan lagi, dimana? Di dunia dan di akhirat. Bersama hidayah dan ridha-Nya. Aamiin.

Fatchur Rochman (Gusphur: nama pena) adalah Pustakawan Ahli pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kab. Jember. Penulis dapat dihubungi untuk konfirmasi JADWAL SEMINAR ’14 Jurus Masa Depan: Teori Penanaman Karakter Membaca sejak Masa Janin’, via email : fatchur45@gmail.com atau kontak/sms : 087712986857; 082131818227.

Teori Piston : Motivasi Mudah Menulis

oleh : Gusphur

Pengantar

            Banyak pertanyaan tentang kegiatan menulis. Sulitkah menulis ? Apakah menulis itu mudah ? Pilihannya ada dua, mudah atau sulit. Memang, tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Dan pertanyaan ini berulangkali ditanyakan oleh banyak orang, bahkan beberapa generasi. Cucu bertanya pada kakek. Anak bertanya pada bapak dan ibunya. Bagaimana caranya aku bisa menulis dengan baik dan mudah.
            Secara umum, sulit atau mudahnya sesuatu tergantung banyak hal, antara lain, niat, kemauan, serta anggapan dan keyakinan yang ada dalam pikiran kita. Jika niat dan kemau-annya kuat, maka usaha untuk mencapainya juga akan lebih giat, sehingga proses pencapaiannya akan terasa lebih mudah.
           Sebaliknya, jika kita menganggap sesuatu itu sulit, maka kesulitan pulalah yang akan kita hadapi. Lain halnya jika kita menganggap sesuatu itu mudah (ingat: menganggap mudah tidak sama dengan menganggap enteng), maka biasanya segala sesuatunya akan terasa lebih mudah.
       Kesempatan yang diberikan kepada Narasumber pertemuan ini untuk menjawab kegundahan banyak pihak yang berkepentingan dengan kegiatan tulis menulis. Banyak faktor dan fenomena yang harus diketahui lebih dahulu oleh para peserta. Hal ini penting disimak agar kesimpulan atau hasil pertemuan ini bisa menjawab dengan pasti. Jawaban yang diharapkan oleh segenap pihak berkepentingan dimaksud. Yaitu, Menulis itu MUDAH.
          Pemakalah mengambil pendapat Eep Saifulloh Fatah, penulis dan kolomnis beken Indonesia. Dia mengatakan bahwa menulis akan terasa mudah kalau kita tidak terlalu terikat pada aturan orang lain. Artinya, apa yang ingin kita tulis, tulis saja. Sama dengan gaya kita menulis buku diary. Setidaknya, itulah langkah awal kita menulis. Menulis menurut gaya dan cara kita sendiri. Setelah beberapa kali kita berhasil mengirim tulisan ke media -- dimuat atau tidak itu tidak penting-- barulah kita dapat melirik buku-buku teori menulis, untuk mengasah kemampuan menulis kita. Jadi, tulis-tulis dahulu; baca teori menulis kemudian.

Motivasi Menulis

            Setiap orang mulai menulis dengan berbagai motivasi yang mendorongnya. Alasan inilah yang mampu menggerakkan kondisi statis menjadi dinamis. Motivasi inilah yang mampu membuat orang yang asalnya tidak mau menjadi 'mau' menulis. Motivasi ini pula yang membuat orang yang asalnya malas menjadi rajin menulis.
            Beberapa motivasi yang mendasari seseorang antara lain.
1. Motivasi idealisme
2. Motivasi finansial
3. Motivasi popularitas
4. Motivasi gabungan
       Tidak sulit bagi orang yang mempunyai keyakinan atas suatu kebenaran untuk mengungkapkankannya dengan kata atau lesan. Akan tetapi apa yang terungkap dari lisan cenderung kabur dan gampang hilang. Teks itu sendiri berada ‘di luar’ benak, yang bisa senantiasa dirujuk bila pemikiran perlu dicek kembali kebenarannya. Teks yang dibaca akan membawa pikiran lebih jernih menerimanya. Selanjutnya, dengan bekal kejernihan menerima pesan inilah, akhirnya pesan itu bisa dipertanggungjawabkan dan dijadikan refensi. Bahkan bisa dipedomani untuk masa yang lebih panjang.
        Demikian juga, banyak orang menuliskan pesan dan makna yang diketahui atau dialaminya, agar orang lain tahu dan menerima manfaat. Manfaat yang diberikan akan membawa efek timbal balik. Sebagaimana hukum aksi-reaksi. Pengirim pesan memberi manfaat, penerima pesan juga memberikan manfaat dengan wujud yang tidak mesti sama dengan wujud manfaat yang diterimanya. Itulah akhirnya ada unsur saling memberi dan menerima manfaat. Kalau hal ini digerakkan dalam dunia bisnis, maka wujud manfaat itu salah satunya adalah hal finansial.
      Motivasi popularitas juga tidak kalah demonstratif dibandingkan kedua alasan sebelumnya. Orang yang ingin lebih populer, dengan sendirinya berharap aktualisasi diri dan kemampuannya lebih diketahui dan dikenang lebih lama atau lebih dalam oleh massanya. Hal ini tidak bisa diartikan hitam putih, baik atau buruk. Akan tetapi, untuk menjadi lebih populer, perlu kepastian makna yang akan disampaikannya. Itu bisa dilakukan dengan sebuah tulisan.
           Alasan untuk menulis lebih konkret lagi bila menggabungkan segala motivasi di atas. Apapun yang diinginkan, apapun yang didapatkan, bahkan apapun yang terjadi setelah kita mau menulis pasti ada bekas dan efek. Sekali lagi, ada aksi ada reaksi. Dengan memberi aksi positif, diharapkan akan mendapatkan reaksi positif pula. Meskipun dalam kehidupan, rumus tersebut tidak selalu terjadi. Akan tetapi ada sesuatu yang pasti dari setiap kegiatan menulis. Seorang penulis telah mengeluarkan apa yang dia pikirkan. Kalaupun yang dia tuliskan tidak berguna. minimal penulis telah melatih dirinya untuk membukan jalur pikirannya. Suatu saat kalau jalur pikiran itu dilalui terus akan makin banyak lagi yang bisa dia keluarkan, makin hari makin baik. Makin hari makin sempurna. Makin hari makin bermanfaat. Bermanfaat bisa untuk diri, keluarga, masyarakat maupun bangsanya.

Contoh Penulis Beken Indonesia

        Berikut ini beberapa contoh penulis sukses berdasarkan survei beberapa majalah kampus, ekonomi, gramediakompas dan beberapa sumber terpercaya:
1. Andrea Hirata
Andrea Hirata adalah penulis sukses best seller Laskar Pelangi dan beberapa buku lainnya seperti Sang Pemimpi, Maryamah Karpov. Sumber menyebutkan, Andrea menjual lebih dari 600.000 copy exp bukunya dan dengan total keuntungan lebih dari Rp 3,6 miliar saja dalam satu judul laskar pelangi. Bila ditambah dengan beberapa bukunya yang mencetak best seller, mungkin bisa kalian bayangkan sendiri berapa penghasilan pria asal Belitung tersebut. Bonus tambahannya ia menjual karyanya dengan harga 25 juta untuk difilmkan. Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi.
2. Habiburrahman El Shirazy
Hampir semua karya-karya Habiburrahman yang berupa novel maupun mini novel best seller. Sebut saja Ayat-Ayat Cinta yang puluhan kali dicetak ulang lalu difilmkan dan ditonton oleh 3,5 juta orang. Novel yang lain Ketika Cinta Bertasbih menyamaiAyat-ayat Cinta. Novel terbarunya yang bersetting Rusia, Bumi Cinta juga mulai mengikuti novel-novel sebelumnya yang best seller. Bukunya AAC terjual lebih dari 400.000 exp menempatkan pria lulusan mesir ini sebagai penulis terkaya kedua di Indonesia dengan Rp 2,4 Milliar. Bonus tambahan yang ia dapatkan dari novelnya yang diangkat ke layar lebar adalah 150 juta dari Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan Mihrab Cinta.
3. Mira W.
Penulis yang paling produktif dalam 20 tahun terakhir dengan buku-buku fenonemalnya seperti Cinta Sepanjang Amazon, menempatkan penulis yang juga dokter umum ini berada di peringkat ketiga penulis terkaya di Indonesia. Mira W. melahirkan lebih dari 20 novel best seller yang diperkirakan memberikan keuntungan lebih dari Rp 2 milliar dari bukunya tersebut. Ia juga aktif menjual karyanya ke film dan layar lebar. Bila perbuku ia mendapatkan 25 juta, silakan hitung berapa uang yang ia hasilkan dari hak ciptanya tersebut.
4. Dewi “Dee” Lestari
Dee adalah salah satu penulis yang cukup fenomenal. Kehadiran Supernova-nya yang terkesan “rumit” banyak digemari penikmat sastra di Indonesia. Supernova Putri, Ksatria dan Bintang Jatuh, Supernova Petir dan Supernova Akar mampu menyaingi novel-novel teenlit dan Chiklit yang marak kala itu. Perahu Kertas adalah novel terbaru
Dee, sebelumnya Dee mengeluarkan kumpulan tulisannya dalam Rectoverso. Di Rectoverso, Dee mampu membuktikan bahwa tulisan yang berkualitas dapat juga diapresiasi dengan baik. Rectoverso juga dikawal dengan album solo Dee bertajuk sama. Semua lagu di album Rectoverso merupakan gambaran setiap tulisan di bukunya. Lirik maupun tulisan di buku sama-sama puitis. Ia konon menghasilkan lebih dari 1,5 miliar rupiah dari seluruh novelnya.
5. Agnes Davonar
Ia tidak memiliki latar belakang seni ataupun sastra, tapi memulai tulisan-tulisan ringannya lewat blog pribadinya. Tanpa ia sadari, tulisan-tulisannya mampu membius pembaca online hingga akhirnya ia menjelma menjadi penulis novel fenomenal dengan beberapa kontroversi yang menghampanya. Gaby, karakter ciptaannya menjadi kasus terumit di Indonesia yang melibatkan perebutan lagu misterius. Berbekal prestasi blogger internasional dan sejumlah penghargaan nasional, membuat nama dua bersaudara ini melambung menjadi penulis termahal di Indonesia. Buku Surat Kecil Untuk Tuhan karya mereka terjual lebih dari 200.000 exp atau menghasilkan 700 Juta Rupiah. Ia masih memiliki 7 novel lain yang mencetak best seller yang dijual di luar negeri. Menurut sumber film Indonesia, Agnes bersaudara mendapatkan lebih dari 500 juta
Rupiah dari hak cipta novelnya yang semuanya telah menjadi perebutan produsen-produsen kakap nasional. Ia mendapatkan akusisi blognya dari Garudafood lewat produk chocolatosnya dengan nilai sponsorship 500 juta pertahun. Sampai saat ini, penulis ini masih dikenal misterius karena tertutup dan jarang sekali tampil walau dibayar mahal sekalipun dalam sebuah seminar.
6. Raditya Dika
Sama halnya dengan Agnes Davonar, Raditya Dika memulai karielnya sebagai seorang blogger dan berhasil menempatkan dirinya sebagai penulis terkaya ke 6 di Indonesia lewat novel Kambing Jantan-nya yang fenomenal. Walau film adapatasi novelnya gagal di pasaran, tapi buku-bukunya tetap menjadi terfavorit dan mendapatkan lebih dari 500 juta keuntungan pribadi yang membuat pria yang bekas mantan pacar Sherina ini sebagai penulis muda beruntung. Ia juga menjadi artis yang sukses dengan beberapa iklan dan tampil dalam acara televisi.
7. Agnes Jessica
Dia adalah seorang guru matimatika yang kemudian berhenti mengajar dan memutuskan karielnya menjadi seorang penulis. Ternyata pilihanya tidak salah, ia menjadi penulis yang aktif hingga nyaris menerbitkan 1 bukunya setiap bulan, terkenal akan karyanya Sepatu Kaca, menempatkan dirinya dengan pendapatan lebih dari 400 juta keuntungan pribadi dan belum termasuk hak cipta film untuk karyanya.
8. Asma Nadia
Kiprah wanita yang satu ini memang luar biasa. Puluhan bukunya baik yang berupa novel, kumpulan cerpen dan kumpulan essai telah terbit. Dan hampir semuanya best seller. Tulisan-tulisan Asma Nadia banyak ditemukan di majalah hingga koran. Salah satu bukunya yang best seller adalah Catatan Hati Seorang Isteri yang diterbitkan
Lingkar Pena Publishing dan Kumcer Emak Ingin Naik Haji. Tulisan-tulisan yang dibuat oleh Asma tentu saja banyak memberikan inspirasi dan motivasi. Nilai-nilai yang syar’I dapat ditemukan di setiap tulisannya. Hebatnya lagi, Asma mampu mengemasnya dengan cantik bahkan meremaja sekali. Sehingga banyak sekali remaja yang menyukai tulisan-tulisannya. Konon ibu muda ini mengumpulkan lebih dari 300 juta dari karyanya yang beredar dan beberapa hak cipta film untuk novelnya.
(Sumber : kaskus.us)

Segera Menulis, Teori Piston

            Penulis mengajak peserta untuk segera start menulis. Mengapa ini segera diberikan. Tujuannya, agar mindsite bahwa menulis itu mudah tidak segera hilang. Semakin lama seseorang membiarkan informasi dan makna dari yang diketahuinya, maka semakin banyak informasi hilang digerogoti penyakit lupa. Belum lagi ada satu penyakit berbahaya yang membuat seseorang tidak mau menulis. Itulah penyakit MALAS.
         Baiklah, segera kita ambil teori sederhana yang bisa dipelajari dari filosofi kerja 'piston' kendaraan bermotor. Ringkas kata, prinsip kerja piston dapat dirumuskan berikut ini:
1. Prinsip tarik dan dorong.
2. Prinsip ambil, olah, dan buang.
3. Prinsip pembakaran.
4. Prinsip pelumasan.
5. Prinsip tenaga.
       Filosofi menarik dan mendorong bisa dilihat dari piston kendaraan bermotor saat bekerja. Dia sedot bahan bakar, kemudian dia dorong dan mampatkan. Pelajaran ini bagi seorang penulis bisa dianalogikan saat ada suatu informasi dan atau ide yang mencul. Maka, penulis tidak akan men-sia-siakan kesempatan untuk mengidentifikasi ide yang dia terima. Kemudia ide tersebut diformulasikan sehingga tertulis struktur berpikir yang siap dikembangkan secara sistematis.
        Berikutnya ada prinsip ambil, olah dan buang. Aneka ide yang ada di seantero pengalaman kehidupan diambil saja memasuki pinta akal pikiran. Kemudia ada proses untuk mengolahnya untuk memilah dan memilih sesuai tujuan piston dihidupkan. Kemudian buang pikiran yang tidak relevan dengan tujuan semula. Ini semua dituangkan dalam sebuah tulisan dan atau konsep.
        Proses pembakaran di dalam piston ibarat struktur tulisan yang telah disusun sistematis diperkaya dan dideskripsikan secara lebih luas dan dalam sehingga memperjelas makna sebuah ide pokok. Pengembangan lebih luas dari sebuah ide pokok menunjukkan kematangan dan keluasan cakrawala berpikir seorang penulis. Dalam hal ini penulis memang harus banyak mempunyai modal. MOdal dimaksud dapat diperoleh dengan banyak membaca.
            Selanjutnya, ada proses pelumasan yang membuat piston bergerak lancar. Proses berpikir dan mengaktualisasikan cara berpikirnya, bagi seorang penulis adalah hal penting. Hal ini membuat sesuatu yang awalnya buntu dan statis bisa lancar dikeluarkan ke dunia persepsi pembaca.
            Lebih lanjut, tenaga yang dikeluarkan oleh sebuah piston ibarat nilai manfaat yang diterima oleh pembaca. Tulisan yang bermanfaat dan berbobot akan menghasilkan nilai tambah bagi pembaca. Pembaca akan sangat berterima kasih apabila informasi yang diterima dari sebuah tulisan ternyata dapat membuat perubahan kehidupan jadi lebih baik. Atau, masalah yang dihadapi bisa teratasi dengan solusi yang terbaik.

LATIHAN
1. Pilih sebuah bab dari sebuah buku apa saja menurut selera Anda, kemudian bacalah !
2. Rumuskan ide pokok dari Bab tersebut.
3. Tutuplah bacaan Anda. Sekarang baca rumusan yang telah Anda tulis.
4. Sekali lagi kembangkan ide pokok dari langkah tersebut diatas.
5. Cari dan baca referensi dari berbagai sumber yang relevan untuk mengembangkan hasil pekerjaan Anda sebelumnya.

Kesimpulan

Menulis hakikatnya adalah pekerjaan mudah. Pola pikir umum lah yang meracuni setiap pikiran manusia bahwa menulis itu sulit. Dengan motivasi yang dimulai dari kesadaran, bahwa SAYA BISA MENULIS dan SAYA PASTI BISA MENULIS DENGAN BAIK. Akhirnya, siapa saja yang bisa membaca pasti bisa menulis.
Apapun motivasi yang mendorong kita untuk menulis, pada hakikatnya karya tulisanitu bermuatan manfaat, baik untuk diri penulis sendiri, lingkungan, maupun masyarakat yang lebih luas.
Berbagai teori untuk menulis banyak direfensikan oleh buku maupun ahli di bidang penulisan maupun jurnalistik. Tetapi akar keinginan setiap orang yang tertarik untuk menulis adalah untuk segera BISA menulis dengan baik. Teori Piston ini diberikan untuk mendorong calon penulis atau siapa pun yang berpikir tidak bisa menulis untuk segera berbuat, MENULIS.
Latihan adalah sebuah cara pembelejaran paling produktif untuk mencetak seseorang yang awalnya belum menjadi terbiasa menulis. Dari seseorang yang awalnya minder untuk menulis, menjadi yakin dan percaya diri, bahwa Menulis dengan baik itu ternyata harus segera dan sering dilatih dan dilakukan.


Fatchur Rochman (Gusphur: nama pena) adalah Pustakawan Ahli pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kab. Jember. Penulis dapat dihubungi untuk konfirmasi JADWAL SEMINAR ’14 Jurus Masa Depan: Teori Penanaman Karakter Membaca sejak Masa Janin’, via email : fatchur45@gmail.com atau kontak/sms : 082131818227 ; 087712986857.

 

Mengapa Harus Membaca

oleh : Gusphur

Masyarakat awam mengartikan ‘membaca’  sebagai  aktivitas  indera  mata untuk mengambil pesan dari tulisan yang tertulis dan/atau tercetak pada kertas atau media lainnya. Arti secara ‘dangkal’ dari aktivitas ‘membaca’ ini banyak ditemukan dari kamus atau bahkan dari forum diskusi. Mungkin kita hanya memandang orang yang membaca pasti membuka mata di depan sebuah buku, koran, kertas dan sebagainya. Apakah hanya mata yang beraktivitas, atau tangan yang memegang buku. Ataukah pantat yang duduk mendukung badan dari orang yang sedang membaca ?
         Dari aktivitas ‘membaca’ sebenarnya banyak hikmah yang belum kita ketahui dibalik yang sedikit kita ketahui. Sebagai makhluk yang memiliki unsur jiwa disamping unsur raga, manusia tidak luput dari faktor ‘butuh’ mengisi kekurangan pada unsur jiwa dan raganya. Manusia yang lapar berarti perut meminta makanan. Kerongkongan yang kering menantikan air untuk dituangkan lewat mulut. Akankah jiwa, akal pikiran sudah terpikir untuk mendapat kiriman nutrisi ? Informasi dan pesan dari hasil membaca sesuatu akan mampu mengisi rasa haus dan lapar unsur yang abstrak ini. Meskipun jiwa dan akal manusia tak terlihat, justru suplai nutrisi informasi dari hasil membaca ini nyaris tak pernah kenyang. Makin diisi makin banyak ruang kosong yang butuh isi. Itulah akal dan jiwa manusia.
     Bagi ummat muslim, justru kata perintah yang pertama kali diwahyukan Tuhan dalam kitab suci Al-Qur’an adalah ‘iqra’.  Arti letterlijk kata ‘iqra’ ini adalah ‘Bacalah’. Apa makna dibalik itu semua. Sebagai Pencipta dan pemilik alam seisinya, Tuhan memberi perintah Rasul Muhammad untuk membaca. Sebagai utusan Tuhan, kata perintah adalah untuk dipatuhi dan dilaksanakan. Melawannya berarti akan mendapatkan sanksi dari Sang Pemberi Perintah. Padahal Tuhan adalah pemilik seluruh isi alam ini, baik yang kasat mata maupun tak kasat mata. Kalau saja sanksi itu kita tidak dibolehkan lagi hidup di alam milik-Nya.  Hidup dimana lagi mereka yang melawan perintah ‘iqra’ ini ? Adakah alam lain yang bukan milik-Nya ? Berarti ada esensi mendasar dari perintah yang pertama ini oleh Allah Sang Maha Pencipta.
      Alasan kedua, mengapa kita harus membaca adalah agar kita makin tahu. Rasa ingin tahu (curiosity) adalah karakter bawaan manusia sejak lahir. Aktivitas ‘membaca’ adalah faktor penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini. Membaca bisa memenuhi  kebutuhan manusia untuk menjadi ‘tahu’ terhadap sesuatu.  Dengan ke’tahu’annya itu manusia memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu berikutnya dari hasil ke-tahu-annya itu
      Sudah banyak kejadian buruk yang tidak kita harapkan diawali dari faktor ketidaktahuan. Misalnya kecelakaan, kejahatan, kekalahan, dan sebagainya. Hal negatif dimaksud boleh jadi disebabkan karena ketidaktahuan subjek terhadap faktor x (faktor penyebab). Bisa juga karena katidaktahuan objek terhadap faktor x ini. Oleh sebab itu, faktor x inilah yang harus diketahui sedini mungkin untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diharapkan.
       Sebaliknya, banyak kejadian menguntungkan atau hal positif justru diraih karena subjek atau objek mengetahui faktor penyebabnya. Saya beri contoh, kesuksesan, keberuntungan, bebas dan celaka/bencana dan sebagainya. Untuk sukses dalam kehidupan maka syarat-syaratnya harus dipenuhi dan sebelumnya harus diketahui. Demikian pula, apabila kita berharap mendapat keberuntungan, maka pengetahuan terhadap faktor yang mengarahkan padus dipenuhi dan diketahui sebelumnya. Hal yang sama juga harus diketahui agar kita terhindar dari bahaya atau kekalahan. Pendek kata, karena faktor ‘tahu’, kita mampu mendapatkan   sesuatu atau tidak mendapatkan sesuatu.
      Alasan ketiga, mengapa kita harus membaca adalah karena manusia harus berubah. Saya beri contoh bagaimana perasaan Anda jika pertumbuhan anak Anda tidak sama dengan sebayanya ? Bingungkah Anda ? Bagaimana pula jika kebutuhan hidup terus meningkat, sedangkan penghasilan tetap saja. Bingungkah Anda ? Sekali lagi, bagaimana jika orang-orang yang dekat dengan kita mendapatkan peluang rejeki yang berlimpah, sedangkan Anda juga harusnya punya peluang sama dengan mereka. Maukah Anda mengikuti jejak kesuksesan mereka ?
    Tidak semua orang mau untuk berubah atau dirubah. Akan tetapi perubahan adalah hukum alam yang terjadi pada setiap makhluk Tuhan. Hukum perubahan pasti terjadi dan menimpa apapun yang berstatus makhluk selama alam ini belum kiamat. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, perubahan pasti terjadi melewati faktor ruang dan waktu yang tersedia di alam kehidupan ini. Alangkah bijak apabila kita mampu mengikuti perubahan yang terus terjadi itu dengan upaya agar perubahan menjadikan kondisi dan hal yang lebih baik.
         Kondisi hasil perubahan ini pun bisa dilihat dan diwujudkan secara nyata. Akan tetapi untuk mewujudkan hal yang konkret ini, kita memulainya dari sesuatu yang ada dalam pikiran. Kita merasakan, memikirkan, merencanakan segala sesuatu agar terwujud. Tanpa perasaan, pemikiran, perencanaan yang benar, perubahan mungkin tidak sesuai harapan kita. Garis besarnya, bahwa segala hal perubahan yang konkret itu diawali dengan perubahan dari hal yang abstrak. Bukankah akal pikiran ini sifatnya abstrak ? Maka, membaca adalah faktor penting untuk mengarahkan perubahan ini sesuai yang kita harapkan.
     Alasan berikutnya perihal kemampuan manusia untuk memilih. Memang, manusia diciptakan dengan bawaan kemampuan untuk bisa memilih. Ada pilihan untuk mengambil yang baik atau buruk. Ada pilihan untuk belok kiri atau kanan. Ada pula pilihan untuk maju atau mundur, dan sebagainya.
      Kecenderungan yang terjadi pada sebagian manusia memilih sesuatu yang negatif daripada yang positif. Cenderung menabrak aturan meskipun ada aturan yang menuntun pada tujuan yang benar. Sekedar ilustrasi apabila kita mengemudikan kendaraan. Apabila kedua tangan kita lepas dari kemudi, maka kecenderungan kendaraan akan berbelok. Sama saja hal ini terjadi pada kehidupan nyata. Dalam hal ini lingkungan akan berpengaruh besar untuk membuat kita memilih yang baik atau yang buruk. Jadi, ada faktor di luar diri manusia yang mempengaruhinya untuk memilih.
       Bagi orang yang mentalnya terbentuk dari kebiasaan membaca, ada faktor kendali yang membiasakannya untuk memilih dengan benar. Orang yang suka membeli buku di toko buku, atau mau meminjam buku di perpustakaan, mereka akan berupaya memilih dengan cepat dan benar sesuai harapannya. Aktivitas membaca juga akan mampu menunjukkan mana yang seharusnya untuk dipilih. Karena hakikatnya setiap manusia ingin segala yang diusahakannya tidak salah. Membaca adalah aktivitas untuk mencari kebenaran itu.
      Jawaban kelima dari pertanyaan mengapa kita harus membaca adalah faktor harapan. Kita ambil saja harapan tertinggi dari kehidupan adalah ‘Surga’. Setiap manusia normal punya cita-cita tertinggi.  Satu kata ‘SURGA’.
       Ada kata kunci yang diambil dari istilah surga, swarga atau jannah dalam bahasa Arab. Beberapa pengertian surga antara lain Surga itu tak ada duanya. Surga itu kebahagiaan yang belum pernah  terbayangkan sebelumnya.  Surga itu adalah puncak kenikmatan. Suasana surga itu penuh bahagia, kasih tak butuh batas dan tak butuh balas. Di surga selalu diliputi kebahagiaan.
      Dari beberapa pengertian tersebut, dapat digarisbawahi  bahwa level  ke’SURGA’an  sudah bisa dimulai selagi manusia masih hidup di dunia. Segala sesuatu yang sudah dibiasakan sejak awal lebih mudah diraih daripada sesuatu yang belum dilakukan sama sekali. Jadi, faktor bahagia yang sifatnya abstrak ini hakikatnya adalah faktor  ‘kecil’ pembentuk makna surga yang diharapkan oleh setiap insan yang normal akalnya. Akal yang normal ini pasti mampu membaca semua syarat untuk mewujudkan hakikat kebahagiaan yang sebenarnya.
      Berikutnya, mengapa kita harus membaca adalah perihal kekayaan. Setiap manusia normal punya harapan mewujudkan kekayaan. Meskipun pengertian kaya itu sendiri adalah relatif.  Orang mengukur kekayaan dari banyak ukuran. Ada yang mengukur dari jumlah mobil, uang, properti, bisnis dan sebagainya.
Akan tetapi kita banyak tidak menyadari bahwa setiap kita sejatinya adalah kaya. Hitung, berapa harga setiap indera dan elemen tubuh yang sampai saat ini kita pakai untuk hidup ? Berapa jumlah rupiahnya ? Berapa harga hidung anda, mata anda, kuping kita, tangan kita, kaki kita, .... dan AKAL kita ... Sudahkah kita bersyukur pada-Nya.
Demikian juga negara kita, Indonesia. Indonesia sejatinya adalah negeri yang kaya. Namun, masyarakatnya selalu merasa miskin. Yang membuat kata ‘miskin’ betah melekat pada bangsa yang kaya ini adalah masalah mental. Mentalitas ‘miskin’ dan mental budak yang ditanamkan beratus tahun oleh bangsa penjajah di Indonesia  masih berurat akar di negeri yang kaya ini.
Untuk menjadi kaya ‘yang sebenarnya’ maka mental  ‘kaya’ harus ditanamkan pada bangsa yang seharusnya ‘kaya’ ini.  Karena, hakikat ‘kaya’ itu dimulai dan dirasakan oleh hati dan jiwa.
Jawaban terakhir mengapa kita harus membaca adalah perihal karakter pembaca. Karena aktivitas ‘membaca’ sebenarnya bukan sekedar kegiatan pengisi waktu luang. Membaca adalah ‘karakter’ bagi manusia. Karakter akan makin kuat bila ditanamkan dan di-biasa-kan.
Jadi biasakan kita membaca setiap apapun yang kita ingini. Kita sakit, maka kita baca bagian tubuh mana yang perlu dicarikan obatnya supaya sembuh. Berarti kita membaca kelemahan pada tubuh yang sakit. Kita butuh tambahan penghasilan, maka kita baca peluang untuk mencari income tambahan yang halal. Ini berarti kita ‘membaca’ peluang. Demikian juga, apabila ada pemuda pengangguran, kemudian dia ‘membaca’ lowongan kerja yang cocok bagi dirinya.
Satu lagi contoh penting. Saat kita bertamasya di lokasi yang indah. Kemudian kita menikmati keindahannya. Kemudian ... kita ‘membaca’ semua keindahan itu dari siapa. Siapa penciptanya. Kita telah membaca ke-Maha Kuasa-an dan ke-Maha Sempurnaan Tuhan. Kemudian .....  Dengan membaca semua itulah kita makin mengenal Tuhan yang menciptakan alam dan seisinya. Kemudian katakanlah dengan hati yang paling dalam :
“Tuhanku .... mulai hari ini dan hari-hari seterusnya .... Aku laksanakan perintah-Mu ..... IQRA’ (Bacalah)


Fatchur Rochman (Gusphur: nama pena) adalah Pustakawan Ahli pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kab. Jember. Penulis dapat dihubungi untuk konfirmasi JADWAL SEMINAR ’14 Jurus Masa Depan: Teori Penanaman Karakter Membaca sejak Masa Janin’, via email : fatchur45@gmail.com atau kontak/sms : 082131818227 ; 087712986857.